Sabtu, 20 Januari 2007

PENENTUAN BIAYA STANDAR



Biaya produksi dapat dikelompokkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu penentuan biaya produksi standar meliputi penentuan: (1) biaya bahan baku standar, (2) biaya tenaga kerja langsung Standar, (3) biaya overhead pabrik standar.
  1. Biaya Bahan Baku Standar.
    Penentuan biaya bahan baku standar meliputi: (a) harga bahan baku standar, (b) kuantitas bahan baku standar. Kedua macam standar ini digunakan untuk menganalisis selisih biaya bahan baku yang timbul yaitu:
  1. Selisih Harga Bahan Baku
    Dihitung dengan rumus :
SHB = ( HS – HSt ) KS

SHB = selisih harga bahan baku
HS = harga beli sesungguhnya setiap unit bahan baku
KS = kuantitas sesungguhnya yang dibeli
HSt = harga beli standar setiap unit bahan baku


Jika HS > HSt maka SHB tidak menguntungkan
HS < HSt maka SHB menguntungkan.


  1. Selisih Kuantitas Bahan Baku
Dihitung dengan rumus:


SKB = ( KS – KSt ) HSt


SKB = selisih kuantitas bahan baku
KS = kuantitas sesungguhnya yang dipakai
HSt = harga beli standar setiap unit bahan baku
KSt = kuantitas standar bahan baku.


  1. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar
Penentuan biaya tenaga kerja langsung standar meliputi: (a) tarif upah langsung standar, (b) jam kerja langsung standar. Kedua macam standar ini digunakan untuk menganalisis selisih biaya tenaga kerja langsung yang timbul yaitu:
  1. Selisih Tarif Upah Langsung dapat dihitung dengan rumus:
STU = ( TS – TSt ) JS


STU = selisih tarif upah langsung
TS = tarif upah langsung sesungguhnya setiap jam
JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk
TSt = tarif standar setiap jam upah langsung
Jika: TS > TSt maka STU tidak menguntungkan
TS < TSt maka STU menguntungkan

  1. Selisih Efisiensi Upah Langsung (SEUL) dapat dihitung dengan rumus:


SEUL = ( JS – JSt ) TSt


Dimana:
SEUL = selisih efisiensi upah langsung
JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk
JSt = jam standar untuk mengolah produk
TSt = tarif standar setiap jam upah langsung


Jika JS > JSt maka SEUL tidak menguntungkan
JS < JSt maka SEUL menguntungkan


  1. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik digolongkan menjadi dua yaitu biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead variabel. Penentuan biaya overhead pabrik standar meliputi : (a) penentuan tarif biaya overhead pabrik standar untuk setiap satuan kapasitas, (b) penentuan satuan kapasitas yang diperlukan untuk mengolah satu unit produk.
Perbedaan antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik standar dapat dianalisis dalam 3 macam metode analisis sebagai berikut:
  1. Metode dua selisih
  2. Metode tiga selisih
  3. Metode empat selisih
  1. Metode dua selisih
  1. Selisih Terkendalikan dihitung dengan rumus:
ST = BOPS – { BTA + ( KSt x TV ) }

Atau


ST = BOPS – { ( KN x TT ) + ( KSt x TV ) }

 Atau
ST = BOPS - AFKSt

Keterangan:
ST = selisih terkendalikan
BOPS = biaya overhead pabrik sesungguhnya
KN = kapasitas normal
KSt = kapasitas standar
TT = tarif tetap per unit
AFKSt = anggaran flessibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar


Jika : BOPS > AFKSt maka ST tidak menguntungkan
BOPS < AFKSt maka ST menguntungkan

  1. Selisih volume dapat dihitung dengan rumus:


SV = AFKSt – ( KSt x T )


Atau


SV = ( KN – KSt ) TT


Keterangan :
SV = selisih volume
T = tarif total biaya overhead pabrik


Jika : KN > KSt maka SV tidak menguntungkan
KN < KSt maka SV menguntungkan


  1. Metode tiga selisih
  1. Selisih Anggaran bisa dihitung dengan rumus:


SA = BOPS – AFKS


Atau


SA = BOPS – { ( KN x TT ) + ( KS x TV )

Ket:
SA = selisih anggaran
KN = kapasitas normal
KS = kapasitas sesungguhnya


Jika BOPS > AFKS maka SA tidak menguntungkan
BOPS < AFKS maka SA menguntungkan


  1. Selisih Kapasitas dapat dihitung dengan rumus:
SK = AFKS – ( KS x T )

Atau

SK = ( KN – KS ) TT


Ket:
SK = selisih kapasitas
AFKS = anggaran fleksibel BOP pada kapasitas sesungguhnya


Jika : KN > KS maka SK tidak menguntungkan
KN < KS maka SK menguntungkan


  1. Selisih Efisiensi BOP
SEBOP = ( KS – KSt ) T
Ket:
SEBOP = selisih efisiensi BOP
KSt = kapasitas standar
Jika : KS > KSt maka SEBOP tidak menguntungkan
KS < KSt maka SEBOP menguntungkan

  1. Metode Empat Selisih
Dalam metode empat selisih BOP digolongkan menjadi empat macam selisih yaitu: (1) selisih anggaran, (2) selisih kapasitas, (3) selisih efisiensi BOP variabel, (4) selisih efisiensi BOP tetap.Selisih anggaran dan selisih kapasitas sudah dibahas dan selanjutnya akan dibahas selisih efisiensi BOP variabel dan selisih efisiensi BOP tetap.


  1. Selisih Efisiensi BOP variabel


SEBOPV = ( KS – KSt ) TV


Keterangan:
SEBOPV = selisih efisiensi BOP variabel.


Jika : KS > KSt maka SEBOPV tidak menguntungkan
KS < KSt maka SEBOPV menguntungkan


  1. Selisih Efisiensi BOP Tetap


SEBOPT = ( KS – KSt ) TT
Keterangan:
SEBOPT = Selisih efisiensi BOP tetap


Jika : KS > KSt maka SEBOPT tidak menguntungkan
KS < KSt maka SEBOPT menguntungkan.

Kasus: Soal tes formatif 1 modul 9.


PT. AJUAVIVA. Kapasitas normal yang dimiliki 10.000 jam kerja langsung (JKL) atau sebanyak 2.500 unit produk.Biaya standar untuk mengolah satu unit produk adalah:Rp 150 yang terdiri dari:
Biaya bahan baku (BB) = 2 kg @ Rp 20 = Rp 40, Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) = 4jam @ 12,5 = Rp 50 . Biaya overhead pabrik (BOP) = Rp 60 ( variabel = 4jam @ Rp 10 = Rp 40, tetap = 4jam @ Rp 5 = Rp 20 )
Data lain adalah:
  1. Produk yang diselesaikan selama bln itu 2.400 unit
  2. BB dibeli dengan kredit = 4.900 kg @ Rp19 = Rp 93.100
  3. BTKL bulan itu 9.550 jam @ Rp 12 = Rp 114.600
  4. BOP sesungguhnya Rp 145.000
  5. Penjualan produk selesai= 2.000 unit @ Rp 250 = Rp 500.000
  6. Biaya pemasaran Rp 50.000 dan biaya administrasi Rp 30.000


Buatlah analisis selisih BB, BTKL, dan BOP.
Penyelesaian:


  1. selisih bahan baku
SHB = (HS – HSt) KS = ( Rp 19 – Rp 20 ) 4900 = Rp 4.900 ( L )
SKB = (KS – KSt ) HSt = ( 4.900 – 4.800 ) Rp 20 = Rp 2.000 ( R )
  1. selisih BTKL
Selisih tarif upah (STU)
STU = (TS-TSt)JS = (Rp12 – Rp12,5) 9550 = Rp4775 ( L )
Selisih efisiensi upah langsung ( SEUL )
SEUL = ( JS – JSt ) TSt = ( 9550 – 9600 ) Rp12,5 =Rp 625 ( L )
  1. Selisih biaya overhead pabrik ( BOP )
1.Metode dua selisih
- Selisih terkendalikan ( ST )
ST = BOPS – AFKSt
= BOPS – { ( KN x TT ) + ( KSt x TV ) }
= Rp 145.000 – { ( 10.000 x Rp5 ) + ( 9600 x Rp 10 ) }
= Rp 145.000 – ( Rp 50.000 + Rp 96.000 ) = Rp 1.000 ( L )
  • Selisih volume ( SV )
SV = ( KN – KSt ) TT = ( 10.000 – 9600 ) Rp 5 = Rp 2.000 ( R )
2. Metode tiga selisih.
- Selisih anggaran ( SA )
SA = BOPS – AFKS
= BOPS – { ( KN x TT ) + ( KS x TV ) }
= Rp 145.000 – { ( 10.000 x Rp 5 ) + ( 9550 x Rp 10 ) }
= Rp 145.000 – ( Rp 50.000 + Rp 95.500 ) = Rp 500 ( L )
  • Selisih kapasitas ( SK )
SK = ( KN – KS ) TT
= ( 10.000 – 9550 ) Rp 5 = Rp 2.250 ( R )
  • Selisih efisiensi BOP ( SEBOP )
SEBOP = ( KS – KSt ) T = ( 9550 – 9600 ) Rp 15 = Rp 750 ( L )
3. Metode empat selisih
- Sel;isih anggaran = Rp 500 ( L )
- Selisih kapasitas = Rp 2.250 ( R )
- Selisih efisiensi variabel ( SEBOPV )
SEBOPV = ( KS – KSt ) TV = ( 9550 – 9600 ) Rp 10 = Rp 500 ( L )
  • Selisih efisiensi BOP tetap ( SEBOPT )
SEBOPT = ( KS – KSt ) TT = ( 9550 – 9600 ) Rp 5 = Rp 250 ( L )

















Jumat, 19 Januari 2007

METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang .
Di dalam metode ini, harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.


Contoh
PT “SARI” adalah perusahaan yang produknya diproses melalui dua tahap. Perusahaan ini menggunakan metode proses Cost Accounting sebagaimana disarankan oleh konsultan. Karena bagi perusahaan ini metode proses cost adalah baru, sehingga dalam menghitung masih keliru, maka agar tidak keliru perusahaan minta bantuan Saudara untuk menghitungkan hasil kegiatan proses Departemen I.
Data Departemen I adalah sebagai berikut:
1. Pada awal September 2005 masih ada barang dalam proses (WIP) sebanyak 100 unit dengan harga Rp123.750,- terdiri dari biaya Bahan Baku Rp50.000,-, Tenaga Kerja Rp47.500,- dan Overhead Rp26.250,-. Keadaannya (Stage of Completion) dari 100 unit adalah sebagai berikut:
a. Yang 25%nya: Bahan Baku 100% Tenaga Kerja 80% BOP 60%
b. Yang 25%nya: Bahan Baku 100% Tenaga Kerja 60% BOP 40%
c. Yang 25%nya: Bahan Baku 100% Tenaga Kerja 40% BOP 20%
d. Yang 25%nya: Bahan Baku 100% Tenaga Kerja 20% BOP 20%
2. Selama bulan September diambil dari gudang material sebanyak 200 unit dengan harga per unit Rp1.000,-. Sebelum dimasukkan dalam proses tahap I tiap unit di potong menjadi 2 unit.
3. Pada akhir September 2005 masih ada yang belum dapat diselesaikan sebanyak 20 unit dengan keadaan sebagai berikut:
a. Yang 60%nya: Bahan Baku 100% Tenaga Kerja 50% Overhead 50%
b. Yang 40%nya: Bahan Baku 100% Tenaga Kerja 25% Overhead 25%
4. Biaya yang dikeluarkan selama bulan September 2005 untuk keperluan pemprosesan itu ialah: Tenaga Kerja Rp306.600,- dan Overhead Pabrik Rp362.400,-.
Diminta : Saudara diminta menyusun laporan biaya Produksi Bulan September 2005 dengan metode.
        1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
        2. Rata-rata

Jawaban 1
PT “SARI”
Laporan Biaya Produksi Departemen I
Bulan September 2005
(MPKP)








Data produksi




Jumlah produk dalam proses awal




100% BBB, 80% BTK, 60% BOP =
25 unit


100% BBB, 60% BTK, 40% BOP =
25 unit


100% BBB, 40% BTK, 20% BOP =
25 unit


100% BBB, 20% BTK, 20% BOP =
25 unit






100 unit
Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses = 200 unit x 2 =
400 unit +




500 unit
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke Dep. II = 500 unit – 20 unit =
480 unit
Jumlah produk dalam proses akhir




100% BB, 50% BTK, 50% BOP = 60% x 20 unit =
12 unit


100% BB, 25% BTK, 25% BOP = 40% x 20 unit =
8 unit +
20 unit




500


Biaya yang dibebankan dalam Dep. I:




Total
Unit. Ekuiv
Per Unit
Harga pokok produk dalam proses awal
Rp 123.750,-
-
-
Biaya yang ditambahkan dalam Dep.I






Biaya Bahan Baku = 200 unit x Rp1.000,- =
Rp 200.000,-
400 1)
Rp 500,-
Biaya Tenaga Kerja
Rp 306.600,-
438 2)
Rp 700,-
Biaya Overhead Pabrik
Rp 362.400,-
453 3)
Rp 800,-
Jumlah biaya yg ditambahkan dalam Dep.I
Rp 869.000,-


Rp 2.000,-
Jumlah komulatif biaya yg ditambahkan pada Dep.I
Rp 992.750,-


Rp 2.000,-


Perhitungan harga pokok:
Harga pokok produk selesai yang di transfer ke Dep. II




Harga pokok persediaan produk dalam proses awal
Rp 123.750,-


Biaya yg diperlukan untuk menyelesaikan produk dlm proses awal


Biaya bahan baku
-


Biaya tenaga kerja : 50 x Rp 700,-
Rp 35.000,-


Biaya overhead pabrik : 65 x Rp 800,-
Rp 52.000,-




Rp 210.750,-


Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke Dep. II yg berasal dari bulan ini: 380 x Rp 2.000,- ..........


Rp 760.000,-


Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke Dep.II




480 @ Rp 2.020,396,-


Rp 970.750,-
Harga pokok produk dalam proses akhir




Biaya bahan baku : 20 x Rp 500,-
Rp 10.000,-


Biaya tenaga kerja : 8 x Rp 700,-
Rp 5.600,-


Biaya overhead pabrik : 8 x Rp 800,-
Rp 6.400,-






Rp 22.000,-




Rp 992.750,-




Keterangan:








1) BBB:








Persediaan dalam proses awal
=
0
=
0
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen II


=


480 unit – 100 unit


=


380 unit
Produk dalam proses akhir
=
(100% x 12 unit) + (100% x 8 unit)
=
20 unit








400 unit
2) BTK:








Persediaan dalam proses awal
=
(20% x 25) + (40% x 25) + (60% x 25) + (80% x 25) = 5 + 10 + 15 + 20


=


50 unit
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen II


=


480 unit – 100 unit


=


380 unit
Produk dalam proses akhir
=
(50% x 12 unit) + (25% x 8 unit) = 6 + 2
=
8 unit
3) BOP:






438 unit
Persediaan dalam proses awal
=
(100% - 60%) x 25 + (100% -40% ) x 25 + (100% - 20%) x 25 +(100% - 20%) x 25 = 10 + 15 + 20 + 20




=




65
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen II dalam proses akhir


=


480 unit – 100 unit


=


380 unit
Produk dalam proses akhir


=
(50% x 12 unit) + (25% x 8 unit) = 6 + 2
=
8 unit








453 unit




Jawaban 2
PT “SARI”
Laporan Biaya Produksi Departemen I
Bulan September 2005
(Rata-Rata)






Data Produksi:




Produk dalam proses awal
100 unit


Produk yang dimasukkan dalam proses = 200 unit x 2 =
400 unit


Jumlah produk yang diolah dalam bulan September


500 unit
Produk selesai yang ditranfer ke DEP. II = 500 unit x 20 unit =
480 unit


Produk dlm proses akhir




(100% BBB, 50% BTK, 50% BOP) = 60% x 20 unit =
12 unit


(100% BBB, 25% BTK, 25% BOP) = 40% x 20 unit =
8 unit






500 unit
Biaya yang dibebankan dalam Departemen II:


Total
Prod. Ekuiv
Per Unit
Harga pokok produk dalam proses awal:






Biaya Bahan Baku
Rp 50.000,-




Biaya Tenaga Kerja
Rp 47.500,-




Biaya Overhead Pabrik
Rp 26.250,-




Biaya yang ditambahkan bulan ini






Biaya Bahan Baku
Rp 200.000,-
500 1)
500 4)
Biaya Tenaga Kerja
Rp 306.600,-
488 2)
725,62 5)
Biaya Overhead Pabrik
Rp 362.400,-
488 3)
796,41 6)


Rp 992.750,-


2.022,03




Perhitungan harga pokok:




Harga pokok produk selesai yang ditransfer




ke Dep. II: 480 x Rp 2.022,03


Rp 970.574,-
Harga pokok produk dalam proses akhir (20 unit)


Biaya Bahan Baku:
Rp 10.000,- 7)


Biaya Tenaga Kerja :
Rp 5.805,- 8)


Biaya Overhead Pabrik:
Rp 6.371,- 9)






Rp 22.176.,-




Rp 992.750,-




Keterangan
  1. Unit Ekuivalen Bahan Baku = 480 + (100% x 12 unit) + (100% x 8 unit) = 500 unit
  2. Unit Ekuivalen BTK = 480 + (50% x 12 unit)+ (25% x 8 unit) = 488 unit
  3. Unit Ekuivalen BOP = 480 + (50% x 12 unit)+ (25% x 8 unit) = 488 unit
  4. (Rp50.000,- + Rp200.000,-) : 500 unit = Rp500
  5. (Rp47.500,- + Rp306.600,-) : 488 unit = Rp725,62
  6. (Rp26.250,- + Rp362.400,-) : 488 unit = Rp796,41
  7. {(100% x 12 unit) + (100% x 8 unit)} x Rp500,- = Rp10.000,-
  8. {(50% x 12 unit)+ (25% x 8 unit)}x Rp725,62 = Rp 5.805,-
  9. {(50% x 12 unit)+ (25% x 8 unit)}x Rp796,41 = Rp 6.371,-


Rabu, 17 Januari 2007

BIAYA TENAGA KERJA

Pengertian Biaya Tenaga Kerja.
     Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.

A.Penggolongan Kegiatan Dan Biaya Tenaga Kerja.
     Dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut:

1.Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.
   Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi kedalam tiga fungsi pokok: produksi, pemasaran dan administrasi. Oleh karena itu perlu ada penggolongan dan pembedaan antara tenaga kerja pabrik dan tenaga kerja non pabrik. Pembagian ini bertujuan untuk membedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produk dari biaya tenaga kerja non pabrik, yang bukan merupakan elemen harga pokok produk, melainkan merupakan elemen biaya usaha. Dengan demikian biaya tenaga kerja perusahaan manufaktur digolongkan menjadi: biaya tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran dan biaya tenaga kerja administrasi dan umum. Berikut ini adalah beberapa contoh biaya tenaga kerja yang termasuk dalam tiap golongan tersebut:
     a.Upah tenaga kerja produksi:
            Upah karyawan pabrik
            Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
            Upah lembur karyawan pabrik
            Upah mandor pabrik
            Upah manajer pabrik

   b.Biaya tenaga kerja pemasaran:
            Upah karyawan pemasaran
            Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
            Biaya komisi pramuniaga
             Gaji manajer pemasaran

      c.Biaya tenaga kerja administrasi dan umum:
               Gaji karyawan bagian akuntansi
               Gaji karyawan bagian personalia
               Gaji karyawan bagian sekretariat
               Biaya kesejahteraan karyawan bagian Akuntansi
               Biaya kesejahteraan karyawan bagian Personalia
               Biaya kesejahteraan karyawan bagian Sekretariat

2.Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan
   Misalnya departemen produksi suatu perusahaan kertas terdiri dari tiga departemen: Bagian Pulp, Bagian Kertas dan Bagian Penyempurnaan. Biaya tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam departemen tersebut. Tenaga kerja yang bekerja di departemen-departemen non produksi digolongkan pula menurut departemen yang menjadi tempat kerja mereka. Dengan demikian biaya tenaga kerja di departemen-departemen non produksi dapat digolongkan menjadi biaya tenaga kerja bagian Akuntansi, biaya tenaga kerja Bagian Personalia dan lain sebagainya. Penggolongan semacam ini dilakukan untuk lebih memudahkan pengendalian terhadap biaya yenaga kerja yang terjadi dalam tiap departemen yang dibentuk dalam perusahaan. Kepala departemen yang bersangkutan bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja karyawan dan biaya tenaga kerja yang terjadi dalam departemennya.

3.Penggolongan menurut jenis pekerjaan
   Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat pekerjaannya. Misalnya dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan sebagai berikut: operator mandor, dan penyelia ( surintendant ). Dengan demikian biaya tenaga kerja juga digolongkan menjadi: upah operator, upah mandor dan upah penyelia. Penggolongan biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar penetapan deferensiasi upah standar kerja.

4.Pengolongan menurut hubungannya dengan produk
   Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi: tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung kepada produk, dan upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung dan diperhitungkan langsung sebagai elemen biaya produksi. Tenaga kerja yang jasanga tidak secara langsung dapat diusut kepada produk disebut tenaga kerja tak langsung. Upah tenaga kerja tak langsung ini disebut biaya tenaga kerja tak langsung dan merupakan elemen biaya overhead pabrik. Upah tenaga kerja tak langsung dibebankan kepada produk tidak secara langsung, tetapi melalui tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka.

B.Akuntansi Biaya Tenaga Kerja.
    Biaya tenaga kerja dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar berikut ini: (1) gaji dan upah reguler yaitu jumlah gaji dan upah kotor dikurangi dengan potongan-potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua; (2) premi lembur; dan (3) biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja ( laborelated cost ).

1.Gaji dan Upah.
       Ada berbagai macam cara perhitungan upah karyawan dalam perusahaan. Salah satu cara adalah dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja karyawan. Demgan demikian untuk menentukan upah seorang karyawan perlu dikumpulkan data jumlah jam kerjanya selama periode waktu tertentu. Dalam perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, dokumen pokok untuk mengumpulkan waktu kerja karyawan adalah kartu hadir ( clock card ) dan kartu jam kerja ( fib time ticket ). Kartu hadir adalah suatu catatan yang digunakan untuk mencatat jam kehadiran karyawan, yaitu jangka waktu antara jam hadir dan jam meninggalkan perusahaan. Jika jam kerja perusahaan dimulai jam 07.00 sampai dengan jam 14.00 maka kartu hadir karyawan akan berisi jam kedatangan di perusahan dan jam pergi dari perusahaan setiap hari kerja. Jika seorang karyawan hadir di perusahaan dari jam 07.00 sampai dengan jam 14.00, maka ia hadir di perusahaan selama 7 jam sehari, yang merupakan jam kerja reguler perusahaan. Jika karyawan bekerja lebih dari 7 jam sehari, kelebihan jam kerja di atas jam kerja reguler tersebut dinamakan jam lembur. Pada setiap akhir minggu, kartu hadir tiap karyawan dikirim ke bagian pembuat daftar gaji dan upah untuk dipakai sebagai dasar perhitungan gaji dan upah karyawan per minggu. Disamping kartu hadir perusahaan menggunakan kartu jam kerja untuk mencatat pemakaian pemakaian waktu hadir karyawan pabrik, dalam mengerjakan berbagai pekerjan atau produk. Kartu jam kerja ini biasanya hanya digunakan untuk mencatat pemakaian waktu hadir tenaga kerja langsung di pabrik. Kartu jam kerja untuk setiap karyawan kemudian disesuaikan dengan waktu yang tercantum dalam kartu jam hadir dan dikirim ke bagian Akutansi Biaya untuk keperluan distribusi gaji dan upah ( labor cost distribution ) tenaga kerja langsung. Kartu jam kerja sangat penting dalam perusahan yang menggunakan metode harga pokok pesanan dalam perhitungan harga pokoknya. Dalam perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses, kartu jam kerja tidak diperlukan, karena karyawan melakukan pekerjaan atau membuat produk yang sama dalam departemen tertentu dari hari ke hari, sehingga distribusi biaya tenaga kerja tidak diperlukan.

                 Akuntansi biaya gaji dan upah dilakukan dalam empat tahap pencatatan berikut ini:
Tahap 1.
  Berdasarkan kartu hadir karyawan ( baik karyawan produksi, pemasaran maupun administrasi dan umum ) bagian pembuatan daftar gaji dan upah kemudian membuat daftar Gaji dan Upah Karyawan. Dari daftar Gaji dan Upah tersebut kemudian dibuat Rekapitulasi Gaji dan Upah untuk mengelompokkan gaji dan upah tersebut menjadi: gaji dan upah karyawan pabrik, gaji dan upah karyawan administrasi dan umum, dan gaji dan upah karyawan pemasaran. Gaji dan upah karyawan pabrik dirinci lagi ke dalam upah karyawan langsung dan karyawan tidak langsung dalam hubungannya dengan produk. Atas dasar Rekapitulasi Gaji dan Upah tersebut, bagian Akuntansi kemudian membuat jurnal sebagai berikut:

        Barang dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja        xx
        Biaya Overhead Pabrik                                         xx
        Biaya Administrasi dan Umum                            xx
        Biaya Pemasaran                                                  xx
                  Gaji dan Upah                                                          xx

Tahap 2
Atas dasar Daftar Gaji dan Upah tersebut bagian Keuangan membuat Bukti Kas Keluar dan cek untuk pengambilan uang dari bank. Atas dasar Bukti Kas Keluar tersebut, bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut:

   Gaji dan Upah                                                    xx
            Utang PPh Karyawan                                           xx
             Utang Gaji dan Upah                                          xx

Tahap 3
Setelah cek diuangkan di bank, uang gaji dan upah kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah tiap karyawan. Utang gaji dan upah karyawan kemudian dibayarkan oleh juru bayar kepada tiap karyawan yang berhak. Tiap karyawan menandatangani Daftar Gaji dan Upah sebagai bukti telah menerima gaji dan upah. Setelah tiap karyawan mengambil gaji dan upahnya, atas dasar Daftar Gaji dan Upah yang telah ditandatangani karyawan, Bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut:

          Utang Gaji dan Upah               xx
                  Kas                                            xx

Tahap 4
Penyetoran pajak pengasilan ( PPh ) karyawan ke Kas Negara dijurnal oleh Bagian Akuntansi sebagai berikut:

           Utang PPh Karyawan              xx
                 Kas                                              xx

Contoh:
Misalkan perusahaan X hanya mempekerjakan 2 orang karyawan yaitu Risa Rimendi dan Eliona Sari. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan Maret 2007 bagian pembuat daftar gaji dan upah membuat Daftar Gaji dan Upah untuk periode yang bersangkutan. Menurut kartu hadir, karyawan Risa Rimendi bekerja selama seminggu sebanyak 40 jam, dengan upah perjam Rp 5.000,- sedangkan karyawan Eliona Sari selama periode yang sama bekerja selama 40 jam dengan tarif upah Rp 3.750,- per jam. Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir masing-masing karyawan tersebut adalah sebagai berikut:
Penggunaan waktu kerja                         Risa Rimendi             Eliona Sari
------------------------------                        ------------------           ---------------
Untuk pesanan no 103                              15 jam                       20 jam
Untuk pesanan no 188                              20 jam                       10 jam
Untuk menunggu persiapan pekerjaan       5 jam                       10 jam
Dengan demikian upah karyawan tersebut dihitung sebesar  Rp 350.000,- ( 40 jam x Rp 5.000,- ditambah 40 jam x Rp 3.750,- ) dan didistribusikan sebagai berikut:
Distribusi Biaya Tenaga Kerja             Risa Rimendi           Eliona Sari
Dibebankan sebagai biaya
Tenaga kerja langsung ( TKL )
    Pesanan no 103                                 Rp   75.000,-               Rp 75.000,-
    Pesanan no 188                                 Rp 100.000,-               Rp 37.500,-
Dibebankan sebagai biaya
 Overhead pabrik ( BOP )                     Rp   25.000,-               Rp 37.500,-
                                                             ------------------             -----------------
Jumlah upah minggu pertama
    Bulan Maret 2007                             Rp 200.000,-               Rp 150.000,-
PPh yang dipotong oleh perusahaan
   15% dari upah minggu pertama
    Bulan Maret 2007                             Rp   30.000,-               Rp  22.500,-
                                                             ------------------            -----------------
Jumlah upah bersih yang
   Diterima karyawan                             Rp 170.000,-               Rp 127.500,-
                                                             ===========           ===========

Biaya tenaga kerja yang dibayarkan pada saat karyawan menunggu pekerjaan disebut dengan idle time cost. Biaya upah yang dikeluarkan pada saat tenaga kerja menganggur merupakan elemen biaya overhead pabrik ( BOP )

Akuntansi Biaya Gaji dan Upah atas dasar data tersebut diatas dilakukan sebagai berikut:
Tahap 1 Berdasarkan atas Rekapitulasi Gaji dan Upah, bagian Akuntansi kemudian membuat jurnal distribusi gaji dan upah sebagai berikut:

               Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja     Rp 287.500,-
               Biaya Overhead Pabrik                                   Rp   62.500,-
                            Gaji dan Upah                                                               Rp 350.000,-

Tahap 2 Atas dasar bukti kas keluar, bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut:

              Gaji dan Upah                                        Rp 350.000,-
                            Utang PPh Karyawan                                            Rp   52.500,-
                            Utang Gaji dan Upah                                             Rp 297.500,-

Tahap 3 Atas dasar Daftar Gaji dan Upah yang telah ditandatangani karyawan ( sebagai bukti dibayarkannya upah karyawan ) Bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut:

                Utang Gaji dan Upah                 Rp 297.500
                           Kas                                                           Rp 297.500,-

Tahap 4 Penyetoran PPh ke Kas Negara dijurnal oleh bagian Akuntansi sebagai berikut:

                Utang PPh Karyawan                Rp 52.500,-
                           Kas                                                          Rp 52.500,-