Tampilkan postingan dengan label EKONOMI MONETER 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label EKONOMI MONETER 1. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Februari 2007

TEORI PENAWARAN UANG MODERN

Dalam perekonomian modern, para produsen emas tidak lagi mempunyai peranan moneter yang penting seperti dahulu dalam system standar emas. Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah Otorita Moneter (Pemerintah dan bank sentral) dan Lembaga Keuangan (keduanya bersama-sama kita sebut sebagai “Sistem Moneter”). Otorita Moneter merupakan supplier uang inti atau uang “primer”, sedang Lembaga Keuangan (perbankan) merupakan supplier uang “sekunder” bagi masyarakat.
Jadi sebenarnya pasar uang itu terdiri dari 2 “sub-pasar”, yaitu sub-pasar uang primer dan sub-pasar uang sekunder. Masing-masing mempunyai permintaan” dan “penawaran”nya, namun kedua sub tersebut sangat erat berhubungan satu sama lain. Sub-pasar uang primer bersifat lebih fundamental karena uang sekunder (giral) hanya bisa tumbuh karena ada uáng primer. Uang sekunder (giral) “diciptakan” oleh bank berdasarkan atas uang primer yang dipegang bank (cadangan bank). Tanpa ada uang primer tersebut tidak akan bisa diciptakan uang Sekunder. Jadi kedua sub-pasar tersebut bisa dibedakan secara konsepsi tetapi jelas kiranya bahwa dalam kenyataan keduanya tidak terpisahkan satu sama lain.
Proses terciptanya uang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil interaksi antara permintaan dan penawaran, dan bukan sekedar pencetakan uang atau suatu keputusan Pemerintah belaka. Apabila misalnya pada suatu waktu permintaan akan uang inti tidak “klop” dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan di sub-pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demikian pula, apabila terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran di sub-pasar uang sekunder (giral), maka akan dilakukan pula tindakan-tindakan penyesuaian oleh para pelaku pasar uang sampai akhirnya tercapai keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar ini. Karena ke dua sub-pasar tersebut sangat erat terkait satu sama lain, maka para pelaku tersebut baru berhenti melakukan tindakan-tindakan penyesuaian hanya apabila permintàan dan penawaran di masing-masing sub-pasar mencapai keseimbangan secara bersarna-sama (simultan). Apabila pada suatu saat, katakan, sub-pasar uang inti mencapai ke seimbangan tetapi sub-pasar uang sekunder belum, maka keseimbangan yang sebenarnya belum tercapai. Di sub-pasar uang sekunder akan terjadi tindakan-tindakan penyesuaian yang mempengaruhi permintaan dan penawarannya. Perubahan pada permintaan dan penawaran uang sekunder (giral) pasti akan mempengaruhi permintaan dan penawaran uang inti. Jadi sub-pasar uang inti yang tadinya sudah seimbang menjadi tidak seimbang, dan tentu kemudian akan ada tindakan-tindakan penyesuaian di sub-pasar ini. Proses penyesuaian ini akan terus terjadi (di kedua sub-pasar tersebut) sampai kedua sub pasar tersebut mencapai keseimbangan secara bersama-sama (simultan). Baru apabila keadaan ini tercapai, maka pasar uang secara keseluruhan mencapai keseimbangan yang sesungguhnya (equilibrium).
Kita sebutkan berulang kali di atas, bahwa apabila posisi equi librium belum tercapai, maka akan terus terjadi proses “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan oleh para pelaku pasar uang. Apakah sebenarnya bentuk dan tindakan-tindakan ini? Tindakan-tjndakan ini tidak lain berupa usaha dari para pelaku tersebut untuk mengubah struktur atau komposisi dari kekayaan yang ia pegang menuju ke arah struktur dan komposisi yang ia inginkan. Apabila kita menggunakan istilah seorang akuntan, apa yang dilakukan pelaku tersebut adalah mengubah nilai pos-pos dalam neracanya, sehingga ía akhirnya mempunyai suatu neraca dengan nilai dan masing-masing pos persis senilai yang ia inginkan. Jumlah total kekayaan sebagai tercermin dalam neracanya tidak bisa ia ubah (kecuali apabila ia menambahnya dengan tabungan dari pendapatannya nanti). Tetapi setiap saat ía selalu bisa, melalui tindakan-tindakannya di pasar uang, mengubah struktur kekayaannya tersebut. Jadi apabila ia merasa bahwa terlalu banyak uang tunai (pos “kas”) yang ia pegang, ia bisa mengurangi jumlah uang tunai yang ia pegang sampai sejumlah yang ia benar-benar inginkan. Kelebihan uang tunai tadi bisa ia simpan dalam rekening gironya di bank (jadi menambah pos “giro” dalam neracanya) atau sebagai deposito berjangka (menambah pos “deposito berjangka” dalam neracanya) atau untuk membeli saham (menambah pos “saham” dalam neracanya) atau untuk membeli “tanah” dalam neracanya) atau untuk membeli barang-baranglain (menambah pos ‘barang-barang” dalam neracanya). Inilah yang kita maksud dalam mengubah struktur atau komposisi kekayaan diatas. Dan tindakan ini pulalah yang kita maksud dengan tindakan “penyesuaian “ tersebut di atas. Tindakan-tindakan semacam ini mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar uang, dan akan berhenti dilakukan apabila semua pelaku dalam pasar uang sudah “puas” dengan struktur dan komposisi neraca (kekayaan) yang mereka punyai (artinya, setiap pos dalam masing-masing neracanya adalah persisi senilai yang ia inginkan). Dalam teori moneter kita mempunyai istilah khusus bagi proses penyesuaian komposisi neraca ; kita menamakannya proses penyesuaian portofolio atau portfolio adjustment.
Kita ambil sebuah contoh mengenai pengaruh proses penyesuaian portofolio ini di pasar uang. Seandainya pasar uang pada mulanya pada posisi equilibrium, artinya permintaan dan penawaran dikedua sub-pasarnya seimbang dan para pelaku pasar uang cukup “puas” dengan struktur portofolionya sehingga tidak ada minat untuk melakukan penyesuaian apapun. Kemudian anggap terjadi penambahan penawaran uang inti dari Otorita Moneter kepada masyarakat, misalnya saja karena Pemerintah tiba-tiba menaikan pembelian atau pembelanjaan barang atau karena ada kenaikan gaji pegawai negeri. Pada putaran pertama tambahan uang inti tersebut akan diterima oleh masyarakat dalam bentuk tambahan uang tunai (kartal) yang mereka pegang. Ini selanjutnya berarti bahwa cadangan tersebut untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Seperti kita ketahui, SBI ini adalah “surat hutang” Bank Indonesia yang memberikan bunga tertentu dengan masa jatuh tempo tertentu pula. Dalam transaksi tersebut, bank menerima SBI dan Bank Indonesia menerima uang tunai. Dalam contoh ini kita lihat bahwa tambahan uang inti yang berawal dan Pemerintah (Otorita Moneter), kembali kepada Bank Indonesia (Otorita Moneter), meskipun tidak seluruhnya. Jadi sebagian (paling tidak) kembali lagi ke sumbernya (suppliernya), yaitu Otorita Moneter. Dalarn proses tersebut di atas, uang kartal yang dipegang masyarakat tetap, tetapi uang giralnya (saldo rekening gironya) bertambah. Jadi M1 bertambah.
Kita bisa membayangkan skenario yang lain yang lebih kompleks misalnya tambahan uang itu tadi sebagian dipegang sebagai tambahan uang kartal sebãgian dipegang sebagai deposito berjangka, dan sebagian dibelikan barang. Ini berarti bahwa mereka menahan sebagian dari tambahan uang itu untuk memenuhi “permintaan”nya akan tambahan uang kartal, sebagian untuk memenuhi “permintaan” nya akan tambahan uang giral (deposito berjangka) dan sisanya untuk memenuhi “permintaan”nya akan tambahan barang. Jadi struktur portofolio (neraca) mereka telah berubah dalam proses mencapai “keseimbangan” baru. Selanjutnya perubahan portofolio para penerima uang inti tadi mempengaruhi pula portofolio bank (cadangan bank bertambah) dan juga portofolio penjual barang (uang tunainya bertambah, tapi barangnya berkurang). Selanjutnya ini akan mengundang proses penyesuaian portofolio bank dan penjual baran tersebut. Bank misalnya, bisa membeli SBI seperti dalam skenario di atas, atau membeli sedikit. SBI, sedikit menambah cadangan (uang tunai)nya, sedikit membeli obligasi, sedikit memperbesar kreditnya kepada nasabahnya (yang juga merupakan salah satu bentuk “aktiva” yang mungkin dipegang bank). Demikian pula para penjual barang tersebut akan melakukan penyesuaian portofolionya sehingga mencapai struktur yang diinginkan. Tindakan-tindakan penyesuaian portofolio bank dan penjual barang tersebut akan mempengaruhi portofolio Otorita Moneter (dengan pembelian SBI tersebut), yang mungkin juga akan bereaksi dengan menyesuaikan portofolionya, dan bahkan juga akan mempengaruhi lagi portofolio penerima awal uang inti tadi. Sekali lagi di sini terjadi proses penyesuaian portofolio yang berantai di antara para pelaku pasar uang. Proses ini akan terus berlanjut sampai masing-masing mencapai struktur portofolio yang persis seperti yang diinginkan. (Teori moneter menyatakan bahwa posisi equilibrium ini akhirnya akan tercapai juga setelah terjadi banyak kali “putaran” penyesuaian poflofolio).
Tambahan uang inti dalam contoh diatas akhirnya akan menambah jumlah uang beredar (M1 atau M2), setelah terjadi banyak kali putaran penyesuaian. Berapa besar tambahan uang beredar yang akhirnya tercipta , tergantung pada sifat dari putaran-putaran penyesuaian tersebut. Biasanya tambahan uang beredar yang akhirnya diakibatkan oleh tambahan uang inti adalah lebih besar daripada tambahan uang inti tersebut. Dengan kata lain perkataan tambahan uang inti sebesar Rp. 1,00 akhirnya akan menambah uang beredar (bank M1 maupun M2) yang lebih besar dari Rp. 1,00. Melalui proses penyesuaian portofolio tesebut sebenarnya telah terjadi semacam “pelipatan” uang beredar, atau terjadi proses multiplier. Proses inilah yang merupakan inti dari teori mengenai penawaran uang.
Sumber:
Boediono, 1996, pengantar ilmu ekonomi no. 5 ekonomi moneter, cetakan kesembilan, BPFE, Yogyakarta.

Sabtu, 03 Februari 2007

PERMINTAAN TOTAL AKAN UANG

Bentuk yang sederhana dan fungsi permintaan (total) akan uang dan teori Keynes adalah

Md/P [ k Y +  Ø(R, W) } ………….(1)

  Md/P    adalah permintaan total akan uang dalam arti riil; suku pertama dalam kurung, yaitu k Y adalah permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, yang dinyatakan sebagai suatu proporsi (k) dari pendapatan nasional riil; Ø (R, W) adalah permintaan akan uang untuk motif spekulasi yang dinyatakan sebagai fungsi dan tingkat bunga yang berlaku (R) dan nilai riil dari asset (kekayaan atau wealth) yang ada di masyarakat (W). Variabel W ini dimasukkan karena permintaan akan uang untuk motif spekulasi dinyatakan sebagai bagian dari W yang dipegang dalam bentuk uang tunai. Persamaan (1) tersebut bisa pula dinyatakan dalam bentuk permintaan akan uang dalam satuan moneter sebagai benikut
Md = [ k Y +  Ø (R,W) ] P ……………….  (2)
Dalam analisa jangka pendek W biasanya dianggap konstan sehingga fungsi (2) menjadi:
Md = [ k Y +  Ø (R) ]  P …………………  (3)
                               _
di mana Ø R) = Ø (R, W). Dan dalam posisi equilibrium, supply uang (Ms), yang dianggap juga oleh Keynes sebagai variabel yang di tentukan oleh Pemerintah, sama dengan Md. Sehingga
Ms = [ k Y + Ø (R)] P …………….  (4)
Dalam teori Keynes, berbeda dengan teori-teori Klasik, pasar uang (Md, Ms) menentukan tingkat bunga (R) dan harga umum (P). Tetapi tekanannya justru pada penentuan tingkat bunga (R), sedangkan penentuan tingkat harga (P) dalam kerangka teori makro Keynes tidak melulu ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang (seperti Klasik), tetapi ditentukan sebagai resultante dan permintaan agregat
dan penawaran agregat. Dalam model Keynes yang paling sederhana bahkan P dianggap konstan untuk tingkat output di bawah tingkat output “full employment”, dan akan berubah secara kurang lebih proporsional dengan supply uang pada full employment output. Model Keynesian yang lebih kompleks memasukkan kemungkinan harga-harga naik sebelum titik full employment tercapai dan juga kenaikan harga yang tidak proporsional dengan kenaikan supply uang. Tetapi sekali lagi tekanan dan teori moneter Keynes adalah bahwa pasar uang (Ms , Md) terutama menentukan tingkat bunga, sedangkan teori Klasik menekankan bahwa pasar uang menentukan tingkat harga.
Teori moneter Keynes ini mempunyai implikasi-implikasi teoritis maupun kebijaksanaan yang penting, yang berbeda dengan teori-teori Klasik.
a) Teori Klasik rnempunyai ciri dasar bahwa perubahan volume uang yang beredar tidak mempengaruhi tingkat maupun komposisi output di dalam masyarakat. Volume uang yang beredar hanya mempengaruhi tingkat harga umum (P); sedangkan tingkat dan komposisi output di dalam masyarakat dipengaruhi oleh harga relatif dan faktor-faktor non-moneter lainnya. Ini sering disebut dengan “Classical dichotomy” (pemisahan dalam teori Klasik antara “sektor moneter” dan “sektor riil”, masing-masing sektor tidak saling mempengaruhi).
Teori Keynes mempunyai implikasi bahwa kedua sektor tersebut bisa saling mempengaruhi. Ini  merupakan satu langkah perkembangan teoritis ke arah integrasi teori moneter dengan teori mengenai sektor non-moneter 1). Dalam teori makro dari Keynes kita mengetahui bahwa sebelum full employment dicapai maka perubahan supply uang bersama-sama dengan permintaan akan uang mempengaruhi tingkat bunga; selanjutnya perubahan tingkat bunga mempengaruhi tingkat investasi (riil) yang kemudian, melalui proses multiplier, mempengaruhi tingkat out put masyarakat (atau tingkat pendapatan nasional riil). Jadi perubahan dalam sektor moneter bisa mempengaruhi sector riil. Integrasi antara teori moneter dengan teori mikro baru kemudian dilakukan, terutama oleh Don Patinkin.
b) Teori permintaan akan uang dari Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi permintaan akan uang (Liquidity Preference) adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dan berubah posisi dengan cepat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena Keynes menekankan peranan faktor uncertainty dan expectation dalam menentukan posisi permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi 2). Ini  adalah bertolak belakang dengan teori-teori moneter Klasik, terutama versi Fisher, yang lebih menekankan sifat, yang stabil dan permintaan akan uang di mana VT dianggap berubah hanya secara lambat dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan faktor-faktor “kelembagaan” yang berubah secara gradual. Keynes berpendapat bahwa meskipun permintaan akan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga adalah fungsi yang stabil dan tingkat pendapatan nasional, tetapi ada kemungkinan bahwa permintaan (total) akan uang didominir oleh permintaan akan uang untuk spekulasi, sehingga posisi fungsi permintaan total ini tidak bisa dianggap stabil. Implikasi kebijakaab dari teori permintaan akan uang semacam inin adalah efek kebijakanmoneter atau iskal (tetapi terutama karena kebijakan moneter) sulit untuk diramalkan 3)

1)  Harry G. H Johnson, “Monetary Theory and Monetary Policy”, American Economic review, June 1962, hal 337.
2)  ciri ini selanjutnya mempunyai implikasi bahwa untuk menstabilkan perekonomian, maka “tingkat bunga” harus dijaga agar tetap stabil. Tingkat bunga yang stabil dianggap sebagai sasaran yang lebih penting daripada (pertumbuhan) supply uang yang stabil.

3)  lihat david E.W. Laidler, The Demand for Money, Theories and Evidence, inrenationalTextbook Company, Scranton,Pennsylvania,1969, hal 56

Sumber :
Boediono, Pengantar Ilmu Ekonomi No.5, Ekonomi Moneter, edisi ketiga cetakan kesembilan, Mei 1996
BPFE Yogyakarta.

Jumat, 02 Februari 2007

SUKU BUNGA: HARGA UANG

Uang mempengaruhi aktifitas ekonomi, kita akan memfokuskan pada suku bunga, yang sering disebut “harga uang.”
Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dan jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per tahun per dolar yang dipinjam, adalah suku bunga.
Beberapa contoh di bawah ini menggambarkan bagaimana bunga bekerja:
Ketika lulus dari perguruan tinggi, Anda mempunyai uang $500. Anda memutuskan untuk menyimpan uang tersebut tunai. Jika Anda tidak menggunakan dana Anda tersebut, maka di akhir tahun jumlahnya akan tetap sebesar $500 karena uang tunai tidak memiliki bunga.
Anda menyimpan $2000 dalam rekening tabungan di sebuah bank lokal, dimana suku bunga rekening tabungannya adalah 4% per tahun. Setelah satu tahun, bank akan membayar $80 sebagai bunga pada rekening Anda sehingga rekening tersebut sekarang bernilai $2080.
Anda baru mulai bekerja, dan memutuskan beli rumah kecil seharga $100.000. Kemudian Anda pergi ke bank lokal dan menemukan bahwa terdapat kredit selama 30 tahun suku bunga tetap, yaitu 10% per tahun. Setiap bulan Anda harus membayar angsuran $877,58. Perhatikan bahwa pembayaran ini sedikit lebih besar dari suku bunga bulanan 10/12 persen bulan. Mengapa? Karena tidak hanya terdiri dari bunga tetapi juga amortisasi, yaitu pembayaran prinsipal atau pokok, jumlah yang dipinjam. Pada saat Anda menyelesaikan pembayaran ke-30 bulan, maka Anda telah membayar pernuh pinjaman Anda.
Dari contoh ini kita dapat melihat bahwa suku bunga diukur dalam % per tahun. Bunga adalah harga yang dibayar untuk meminjam uang, yang memungkinkan peminjam mendapatkan sumber daya nyata selama masa peminjaman.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menurunkan harga asset


Satu fakta penting dalam pasar finansial adalah hubungan antara suku bunga dan harga aset. Kita bisa memahaminya dengan menggunakan konsep nilai sekarang (present value).
Misalkan anda memiliki sumber air mineral dan memutuskan menjualnya. Harga pasarnya akan tergantung pada aliran pendapatan di masa depan dan suku bunga.
Dengan menyatukan keduanya dapat menghasilkan nilai sekarang dari aset.
Nilai kontan (present value) dari aset adalah nilai uang masa kini dari aliran pendapatan masa depan. Ia ditentukan dengan menghitung berapa banyak uang
diinvestasikan sekarang akan dibutuhkan pada suku bunga yang berlaku untuk menghasilkan aliran pendapatan masa depan dari aset. Contohnya adalah sebagai berikut:
Selernbar obligasi 1 tahun memberikan bunga $50 dan prinsipal aslinya $1050 tepat satu tahun dari sekarang. Selain itu, misal suku bunga yang berlaku sekarang adalah 10% per tahun. Berapa jumlah yang harus Anda bayar untuk ban itu sekarang? Jawabnya adalah $1000, karena $1000 bila diinvestasikan sekarang dalam tingkat bunga pasar 10% per tahun, setelah 1 tahun akan bernilai $1100. Jadi nilai saat ini atau present value dari obligasi tersebut adalah $1000.
Sebuah aset perpetual mempunyai hasil konstan selamanya. Andaikan sumber air mineral anda di harapkan menghasilkan $N air setahun untuk selamanya. Berapakah nilai kontan (V) jika suku bunga adalah I% per tahun? Nilai kontan adalah V = $N/i.
Katakan terdapat aliran pendapatan variabel di masa depan. Formula umum untuk nilai kontan mengevaluasi nilai kontan dan setiap bagian dari aliran pendapatan masa depan dan menjumlahkan semua nilai kontan yang berbeda ini. Penjumlahan dalam formula berikut akan memberiikan anda nilai kontan suatu aset:








Dalam persamaan ini, i adalah suku bunga pasar dalam satu periode yang diasumsikan konstan. Selanjutnya, N1 adalah penerimaan neto (positif maupun negatif) pada periode I, N2 adalah penerimaan net pada periode 2, Nt adalah penerimaan neto pada periode t, dan seterusnya.
Sekarang kita dapat melihat bahwa harga aset cenderung bergerak berlawanan dengan suku bunga karena nilai kontan menurun jika suku bunga naik. Contohnya dalam kasus aset perpetual, penggandaaan dari i pada denominator akan membuat present value tinggal setengahnya. Anda dapat mengerjakannya dengan kalkulator dampak dari suku bunga yang tinggi pada contoh surat obligasi 1 tahun. Umumnya, ketika suku bunga naik maka nilai saham, surat obligasi, perumahan, dan banyak aset jangka panjang lainriya menurun.



Sumber:
Samuelson, Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi, PT Media Global Edukasi, Jakarta, Edisi ketujuh. 2004.





Kamis, 01 Februari 2007

UANG



EVOLUSI UANG
Uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang diterima umum. Uang mempunyai  sejarah yang panjang dan menarik untuk dipelajari deskripsi evolusi uang.

BARTER
Menurut Stanley Jevons, awal adanya perdagangan adalah ketika mulainya berlangsung Barter yang meliputi pertukaran barang dengan barang. Pertukaran melalui barter kontras dengan pertukaran dengan uang karena barang-barang tidak secara umum diterima sebagai uang yang dapat dipergunakan untuk membeli barang.
Adanya perkembangan ekonomi orang beralih menjual barang untuk uang dan menggunakan uang untuk membeli barang lain. Sekilas  terlihat rumit karena mengganti satu transaksi dengan dua. Ternyata sebaliknya yaitu dua transaksi uang lebih sederhana daripada satu transaksi barter. Sebagai contoh beberapa orang mungkin akan membeli apel dan beberapa orang akan menjual kacang akan tetapi hampir tidak mungkin bertemu dengan orang yang keinginannya berkomplemen dengan keinginan Anda pada saat yang sama, ingin menjual kacang dan membeli apel. Dalam pepatah ekonomi klasik dari “kebetulan ganda  akan keinginan” yang muncul adalah “keinginan akan kebetulan” jadi dalam barter keduanya tidak dapat bertransaksi langsung.
Masyarakat yang berdagang secara ekstensif tidak bisa mengatasi kelemahan besar barter. Penggunaan alat tukar umum, uang, memungkinkan petani membeli celana dari penjahit yang membeli sepatu dari tukang sepatu yang membeli kulit dari petani.
 
JENIS UANG :
UANG KOMODITAS
Uang sebagai alat tukar pertama kali muncul dalam sejarah dalam bentuk komoditas. Bermacam-macam barang pernah berperan menjadi uang, contohnya ternak, minyak zaitun, bir atau anggur, tembaga, emas, perak, berlian, dan rokok. Setiap contoh mempunyai kelemahan dan kelebihan, ternak tidak dapat dibagi dalam pecahan kecil, bir tidak semakin enak dengan peniyimpanan, minyak zaitun merupakan uang cair yang bisa dibagi sekecil apapun dengan mudah tetapi repot penanganannya, dan sebagainya.
Abad ke 19 uang komoditas telah terbatas secara eksklusif pada logam emas dan perak, karena mempunyai nilai intrinsik maka pemerintah tidak perlu lagi menjamin nilainya dan jumlah uang diatur oleh pasar melalui penawaran dan permintaan perak dan emas, tetapi uang logam mempunyai kelemahan selain langka juga apabila ditemukan tambang baru maka akan menambah uang logam yang beredar menjadi berlebihan.
Timbulnya kontrol moneter dari bank sentral telah menghasilkan sistem keuangan yang jauh lebih stabil. Nilai intrinsik uang sekarang adalah nilai yang paling tidak penting dari uang.

UANG MODERN
Zaman uang uang komoditas berganti ke uang kertas. Penggunaan uang kertas telah tersebar luas karena merupakan alat tukar yang mudah dibawa dan disimpan, dapat dilindungi dari pemalsuan, diterima sebagai alat pembayaran yang sah. Kebanyakan uang saat ini adalah uang bank deposito atau cek dalam bank atau lembaga keungan lainnya. Cek diterima untuk menggantikan pembayaran tunai atas banyaknya barang dan jasa, jika kita hitung nilai dollar total dari transaksi maka 90% berjalan dengan uang bank, sisanya dengan uang tunai.
Institusi finansial sekarang memungkinkan untuk menghubungkan rekening cek dengan rekening tabungan atau bahkan portfolio saham, memungkinkan pelanggan menggunakanan cek berdasarkan nilai saham.

KOMPONEN-KOMPONEN SUPLAI UANG
Agregat moneter utama adalah pengukuran kantitatif dari suplai uang yang dikenal sebagai  M1 dan M2.

UANG TRANSAKSI (SEMPIT)
Uang sempit atau uang transaksi disimbolkan sebagai M1, yang terdiri dari hal-hal yang sesungguhnya digunakan untuk transaksi. Komponen dari M1 adalah:

3.Koin, M1
Meliputi koin-koin yang tidak dipegang bank

4.Uang kertas
Dahulu uang kertas selalu dijamin dengan emas atau perak, sekarang semua uang koin dan uang kertas Amerika Serikat adalah uang fiat.
Uang kertas dan uang koin adalah tender legal yang harus diterima oleh semua pembayaran, umum ataupun swasta. Koin dan uang kertas(jumlah dari keduanya sebagai mata uang) adalah setengah dari komponen uang sempit.

5.Rekening cek
Komponen uang ketiga dari uang sempit adalah deposito cek atau uang bank. Merupakan dana yang disimpan di bank atau institusi finansial lainnya yang ada padanya kita bisa menulis cek, secara teknis dikenal sebagai giro dan deposito lain yang bisa dicekkan. Karena  memiliki ciri-ciri inti dari uang maka deposito rekening cek bank dihitung sebagai uang sempit , sebagai bagian dari M1.

UANG LUAS (UANG DEKAT/ DANA CAIR)
Contoh uang dekat pada M2 termasuk deposito dalam rekening  tabungan di bank, reksa dana pasar uang yang dijalankan oleh pialang, deposito dalam rekening deposito pasar uang yang dijalankan bank komersial dan sebagainya.
Mereka tidak termasuk dalam kategori uang sempit karena tidak dapat digunakan sebagai alat pertukaran untuk setiap pembelian. Selain itu uang dekat dapat ditukar menjadi uang dengan cepat tanpa kehilangan nilainya.

Aset Tetap, atau Mengapa Pinjaman di Pulau Yap Sulit Diperpanjang
Oleh: Art Pine

Yap, Mikronesia—Di kepulauan kecil di Pasifik selatan ini, hidup begitu mudah dan uang tunai sulit diperoleh.
Di tempat lain di dunia, sistem moneter terganggu; nilai tukar yang mengambang merusak pasar mata uang dan devaluasi terjadi di berbagai tempat. Namun, di Pulau Yap, mata uangnya tetap kukuh bagaikan batu karang. Pada faktanya, uang tunai di
Pulau Yap memang berupa batu,yaitu batu gamping.
Selama hampir 2000 tahun, para penduduk Pulau Yap telah menggunakan roda-roda yang terbuat dan batu besar untuk melakukan pembayaran penting, misalnya pembayaran atas tanah, perahu kano, dan izin menikah. Pulau Yap merupakan bagian dari wilayah AS, dan dolarAS sebenarnya digunakan di toko-toko dan tempat membeli bensin. Namun, kebergantungan pada uang batu,sama seperti sistem kasta kuno dan gaya berpakaian tradisional dengan menggunakan cawat dan rok dan jerami, masih berlangsung.
Membeli properti dengan batu “jauh lebih mudah dibandingkan membeli dengan dolar AS, “kata John  Chodad, yang baru-baru ini membeli sebuah bangunan dengan uang berbentuk roda berdiameter 30 inci Kami tidak tahu nilai dolar AS.” Roda-roda bisa tidak bisa dimasukkan ke dalam kantong jadi untuk transaksi-transaksi kecil, para penduduk Yap menggunakan uang tunai dalam bentuk lain, seperti bir. Bir adalah alat pembayaran pilihan untuk hampir semua jenis pekerjaan termasuk pekerjaan konstruksi. Setiap  tahun,10.000 penduduk Yap mengonsumsi 40.000 hingga 50.000 peti bir, kebanyakan dengan merek Budweiser.
Masyarakat Yap telah menggunakan uang batu sejak seorang ksatria Yap bernarna Anagumang pertama kali membawa batu gamping besar dari Pulau Palau, tetangga Pulau Yap, sekitar 1500 hingga 2.000 tahun lalu. Terinspirasi oleh bulan, Anagumang membentuk batu tersebut jadi lingkaran besar.
Penduduk Yap menyandarkan roda batu ke dinding rumah atau mernbariskannya di sebuah “bank” desa. Kebanyakan batu-batu tersebut berdiameter 2,5 hingga 5 kaki, namun ada juga yang berukuran 12 kaki. Masing-masing memiliki lubang di pusat sehingga bisa dimasukkan ke dalam batang pohon dan kemudian dibawa. Beberapa batu bahkan membutuhkan 20 orang untuk mengangkatnya.
Biasanya, batu-batu tidak mempunyai nilai bila mereka pecah. Namun,Anda tidak pernah mendengar pendudukYap memikirkan bagaimana menjaga batu-batu tersebut.Agar tidak pecah, mereka biarkan saja batu-batu yang lebih besar itu di tempat aslinya dan melakukan perhitungan di kepala mereka yang menyatakan bahwa kepemilikan batu-batu itu sudah berpindah tangan—sama halnya dengan batangan-batangan emas yang digunakan dalam transaksi transaksi internasional yang berpindah tangan tanpa harus keluar dari ruang penyimpanan New York Federal Reserve Bank:
Ada beberapa keuntungan menggunakan batu-batu pejal sebagai uang tunai. Uang-uang tersebut kebal terhadap perdagangan pasar gelap dan tidak ada pencopet karena tidak mungkin uang batu tersebut dicopet begitu saja.  Selain itu, tidak akan ada perdebatan untuk membahas bagaimana menjaga kestabilan sistem moneter Yap. Dengan hanya 6.600 roda-roda batu yang tersisa di pulau tersebut, jumlah uang yang beredar pun tetap.
Uang batu Yap mungkin akan segera mencuat di panggung internasional. Kemarin, Washington menerima informasi dari Tosiho Nakayama, presiden Mikronesia, yang berencana membawa sekeping batu ketika Ia mengunjungi AS bulan depan. Keping batu tersebut akan diterbangkan dengan pesawat jet Air Force.
Pejabat pemerintah mengatakan bahwa Nakayama bermaksud menjadikan batu tersebut sebagai simbol kontribusi dari Mikronesia untuk membantu AS yang tengah rnengalami masalah defisit anggaran.


Sumber: The Wall Street Journal,29 Maret 1984, h. A1. Hak cipta 1984 Dow Jones &
Co. Inc. Dicetak ulang seizin DOW JONES & CO INC. dalam bentuk teks buku ajar
melalui Copyright Clearance Center.

Uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang diterima umum. Konsep penting dari uang sempit (M1) merupakan jumlah koin dan uang kertas dalam peredaran di luar bank ditambah dengan deposito uang yang dapat dicekkan .Sedangkan uang luas (M2) yang terdiri dari aset seperti rekening tabungan sebagai tambahan koin, uang kertas dan deposito yang akan dicekkan.

Sumber:
Mankiw, N Gregory , Principles of Economics, Pengantar  Ekonomi Makro, Edisi ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Samuelson, Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi,  PT Media Global Edukasi, Jakarta, Edisi ketujuh. 2004.