Kamis, 11 Januari 2007

METODE HARGA POKOK PESANAN


Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:

1.Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.
2.Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian antara pemesan yang satu dengan yang lainnya mempunyai variasi yang berbeda-beda.
3Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan gudang.


Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan.
Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut di atas berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya produksi (metode harga pokok pesanan) yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut:
1.Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokoknya secara individual.
2.Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan pokok : biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung.
3.Biaya produksi langsung terdiri dsri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik(BOP)
4.Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5.Harga pokok per unit produk dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.


Rekening Kontrol Dan Rekening Pembantu.
Akuntansi biaya menggunakan banyak rekening pembantu untuk merinci biaya-biaya produksi. Rekening rekening pembantu (subsidiary accounts) ini dikontrol ketelitiannya dengan menggunakan rekening kontrol (controlling accont) di dalam buku besar. Rekening kontrol menampung catatan yang bersumber dari buku jurnal, sedangkan rekening pembantu digunakan untuk menampung catatan yang bersumber dari dokumen pembukuan. Hubungan antara rekening kontrol dan rekening pembantu dapat lah dilukiskan sebagai berikut.


Gambar 1
Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu



Untuk mencatat biaya didalam akuntansi biaya digunakan rekening kontrol dan rekening pembantu berikut:


Rekening Kontrol
Rekening Pembantu


Persediaan Bahan Baku
Persediaan Bahan Penolong
Barang Dalam Proses
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Biaya Administrasi Dan Umum
Biaya Pemasaran




Kartu Persediaan
Kartu Persediaan
Kartu Harga Pokok
Kartu Biaya
Kartu Biaya
Kartu Biaya





Karena transaksi terjadinya biaya yang dicatat dalam buku besar bersumber dari buku jurnal, maka dalam melaksanakan identifikasi transaksi yang terjadi, harus ditunjuk nama rekening yang harus didebit dan dikredit dalam buku besar. Oleh karena itu penggolongan transaksi pada waktu membuat jurnal selalu menyebut nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar. Karena akuntansi biaya menggunakan berbagai rekening kontrol seperti tersebut di atas maka setiap melakukan penjurnalan harus ditunjuk rekening kontrol yang bersangkutan dalam buku besar.


Untuk mencatat biaya produksi , di dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Barang Dalam Proses. Rekening ini dapat dipecah lebih lanjut menurut elemen harga pokok produk sehingga ada tiga macam rekening Barang Dalam Proses berikut ini:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik


Jika produk diolah melalui beberapa departemen produksi, rekening Barang Dalam Proses dapat dirinci lebih lanjut menurut departemen dan unsur harga pokok seperti contoh berikut ini:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen A
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen B
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Departemen B
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen B

Untuk mencatat biaya produksi, dalam buku besar dibentuk rekening kontrol Biaya Administrasi Umum dan Biaya Pemasaran. Rekening Biaya Pemasaran digunakan untuk menampung biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi pemasaran, sedangkan rekening Biaya Administrasi dan Umum digunakan untuk menampung biaya-biaya administrasi dan umum. Misalkan Anda mencatat pemakaian bahan baku untuk pembuatan suatu produk, maka jurnal yang dibuat adalah:

Barang Dalam Proses xx
Persediaan Bahan Baku xx

Jurnal untuk mencatat biaya depresiasi gedung:

Biaya Overhead Pabrik Sesunguhnya xx
Akumulasi Depresiasi Gedung xx

Jurnal untuk mencatat biaya telex:

Biaya Administrasi dan Umum xx
Kas xx
Jurnal untuk mencatat biaya depresiasi kendaraan yang digunakan bagian pemasaran:

Biaya Pemasaran xx
Akumulasi Depresiasi Kendaraan xx


Kartu Harga Pokok
Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting di dalam metode harga pokok pesanan. Kartu harga pokok ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk. Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara terinci di dalam kartu harga pokok pesanan bersangkutan. Biaya produksi dipisahkan menjadi produksi langsung terhadap pesanan tertentu dengan biaya produksi tak langsung, dalam hubungannya dengan pesanan tersebut. Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.


Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan mari pelajari contoh berikut:

PT Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesana diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap bukti pembukuan diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan Nov 2002 PT Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1500 lembar dari PT Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp 3000,- per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT Oki dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1000,- per lembar . Pesanan dari PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.

1.Pembelian bahan baku dan bahan penolong pada tanggal 3 Nov perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini :

Bahan baku:
Kertas jenis x 85 rim a Rp 10.000,- Rp 850.000,-
Kertas jenis y 10 roll a Rp 350.000,- Rp 3.500.000,-
Tinta jenis A 5 kg a Rp 100.000,- Rp 500.000,-
Tinta jenis B 25 kg a Rp 25.000,- Rp 625.000,-
---------------------
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp5.475.000,-
---------------------
Bahan Penolong:
Bahan Penolong P 17 kg a RP 10.000,- Rp 170.000,-
Bahan Penolong Q 60 liter a Rp 5.000,- Rp 300.000,-
---------------------
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000,-
--------------------
Jumlah total Rp 5.945.000,-
--------------------
Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan yaitu Persediaan Bahan Baku dan Persediaan Bahan Penolong, sehingga jurnal untuk mencatat pembelian bahan adalah :


Jurnal 1:
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000,-
Utang Dagang Rp 5.475.000,-


Jurnal 2:
Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000,-
Utang Dagang Rp 470.000,-

Untuk memproses pesanan no. 101 dan 102 bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:

Bahan baku untuk pesanan no 101:
Kertas jenis x 85 rim a Rp 10.000,- Rp 850.000,-
Tinta jenis A 5 kg a Rp 100.000,- Rp 500.000,-
-------------------
Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp1.350.000,-
------------------
Bahan baku untuk pesanan 102:
Kertas jenis y 10 roll a RP 350.000,- Rp 3.500.000,-
Tinta jenis B 25 kg a Rp 25.000,- Rp 625.000,-
-------------------
Jumlah bahan baku untuk pesanan no 102 Rp 4.125.000,-
------------------
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000,-

Sedangkan bahan penolong yang terpakai untuk memproses dua pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Bahan penolong P 10 kg a Rp 10,000,- Rp 100.000,-
Bahan penolong Q 40 ltr a Rp 5.000,- Rp 200.000,-
------------------
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi Rp 300.000,-

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:

Jurnal 3:
Barang Dalam Proses Rp 5.475.000,-
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000,-

Dan jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:

Jurnal 4:
Biaya Overhead Pbrik Sesungguhnya Rp 300.000,-
Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000,-

Dari contoh di atas misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:

Upah langsung pesanan no 101 225 jam a Rp 4.000,- Rp 900.000,-
Upah langsung pesanan no 102 1.250 jam a Rp 4.000,- Rp 5.000.000,-
Upah tidak langsung Rp 3.000.000,-
--------------------
Jumlah upah Rp 8.900.000,-
Gaji karyawan Administrasi dan umum Rp 4.000.000,-
Gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000,-
-------------------
Jumlah gaji Rp 11.500.000,-
--------------------
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000,-

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini:
a.Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.

Jurnal 5:
Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

b.Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.

Jurnal 6:
Barang Dalam Proses Rp 5.900.000,-
BOP Sesungguhnya Rp 3.000.000,-
Biaya Administrasi dan Umum Rp 4.000.000,-
Biaya Pemasaran Rp 7.500.000,-
Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

c.Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

Jurnal 7:
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-
Kas Rp 20.400.000,-


Dari contoh diatas misalnya BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian BOP yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:


Pesanan no 101 150% x Rp 900.000,- Rp 1.350.000,-
Pesanan no 102 150% x Rp 5.000.000,- Rp 7.500.000,-
---------------------
Jumlah BOP yang dibebankan Rp 8.850.000,-


Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal 8:
Barang Dalam Proses Rp 8.850.000,-
BOP yang dibebankan Rp 8.850.000,-


Misalkan dari contoh diatas BOP sesungguhnya terjadi ( selain biaya bahan penolong Rp 300.000,- dan biaya tenaga kerja tak langsung sebesar Rp 3.000.000,- ) adalah:

Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000,-
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000,-
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp 700.000,-
Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000,-
Biaya pemeliharaan gedung Rp 500.000,-
-------------------
Jumlah Rp 5.700.000,-

Jurnal untuk mencatat BOP yang Sesungguhnya terjadi tersebut adalah sebagai berikut:
Jurnal 9
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp5.700.000,-
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp1.500.000,-
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp2.000.000,-
Persekot Asuransi Rp 700.000,-
Persediaan Suku Cadang Rp1.000.000,-
Persediaan Bahan Bangunan Rp 500.000,-


Untuk mengetahui apakah BOP yang Dibebankan menyimpang dari BOP yang Sesungguhnya, saldo rekening BOP yang Dibebankan kita tutup ke rekening BOP yang Sesungguhnya. Jurnal penutup tersebut seperti beikut:

Jurnal 10
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp8.850.000,-
Biaya Overhead yang Sesungguhnya Rp8.850.000,-

Setelah jurnal 10 dibukukan, saldo rekening BOP Sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Debit: Jurnal no 4 Rp 300.000,-
Jurnal no 6 Rp3.000.000,-
Jurnal no 9 Rp5.700.000,-
--------------------
Jumlah debit Rp9.000.000,-


Kredit: Jurnal no 10 Rp8.850.000,-
-------------------
Selisih pembebanan kurang Rp 150.000,-
Misalnya dari contoh di atas pesanan no 101 telah selesai dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelesaikan pesanan no 101 adalah biaya bahan baku sebesar Rp1.350.000,- , biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp900.000,- dan biaya overhead pabrik 1.350.000,-( jumlah harga pokok pesanan no 101 Rp3.600.000,-). Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:


Jurnal 11
Persediaan Produk Jadi Rp3.600.000,-
Barang Dalam Proses Rp3.600.000,-

Pesanan no 102 b3lum selesai, maka jurnalnya adalah sebagai berikut:

Persediaan Produk dalam Proses Rp16.625.000,-
Biaya Bahan Baku Rp4.125.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp5.000.000,-
Biaya Overhead Pabrik Rp7.500.000,-



















1 komentar: